Tuesday, March 16, 2010

Mirabal Bersaudara: Kupu-kupu Pemberontak dan Pecinta Revolusi

http://onrevolt.blog.friendster.com/2008/05/mirabal-bersaudara-kupu-kupu-pemberontak-dan-pecinta-revolusi/

Great Story Guys...
female right reformer from dominika


Mirabal Bersaudara: Kupu-kupu Pemberontak dan Pecinta Revolusi

oleh: Zely Ariane

28 Februari 2004

Kupu-kupu cantik bersaudara ini, mampu memberi kesimpulan manis dan indah
terhadap sejarah perjuangan perempuan dan demokrasi

Las Mariposas begitu senang memberontak, karena mereka punya mimpi terhadap sebuah masyarakat yang adil, ilmiah dan modern, menjunjung tinggi kebebasan dan demokrasi tak hanya bagi keluarga mereka tapi rakyat miskin Dominika secara keseluruhan.

Anak-anak Progressif yang Dilahirkan oleh Kediktatoran

Lahir dari keluarga klas menengah yang makmur dengan orang tua pemilik tanah dan pedagang, Enrique Mirabal Fernandez dan Marcedes Reyes Camillo (Dona Chea) di dekat kota Salcedo wilayah Cibao. Selain memiliki tanah, keluarga kaya ini juga memiliki usaha penggilingan kopi, toko, pasar daging, dan pabrik penggilingan padi. Keluarga Mirabal adalah keluarga yang cukup maju dan bebas, dengan pergaulan yang luas—layaknya model keluarga klas menengah di Dominica, namun begitu patuh pada Trujillo, hingga mendapatkan simpati khusus dari El Jefe—karena tak menaruh perhatian terhadap berbagai kasus pelanggaran hak kemanusiaan dan korupsi gila-gilaan yang dilakukan El-Jefe.

Patria Marcedez Mirabal, lahir di saat HUT kemerdekaan Republik Dominika 27 Februari 1924, dinamakan Patria karena berarti “tanah air”. Patria menyukai seni dan melukis. Patria dikirim untuk bersekolah di Colegio Inmaculada Concepción, sekolah asrama katolik di La Vega, diusia 14 tahun. Namun, si alim Patria mengabaikan gagasan awalnya menjadi seorang suster dan memutuskan menikah pada 24 Februari 1941. ia tinggalkan kuliahnya dan memilih hidup bersama sang suami di tanah pertanian Conuco. Mereka kemudian memiliki empat orang anak; Nelson Enrique, Noris Mercedes, Raul Ernesto, dan Juan Antonio (yang meninggal menyedihkan di lima bulan usianya).

Belgica Adela (Dede), lahir 1925, adalah mirabal bersaudara yang paling penggugup. memang dari awal hanya mendukung tanpa terlibat langsung gerakan revolusi.

Minerva Argentina Mirabal, lahir 12 Maret 1926. Di usia yang sangat muda ia sudah terlihat begitu cerdas. Ketika berusia tujuh tahun ia sudah mampu menarasikan sajak Perancis. Ia dikirimkan ke sekolah (SMP) Katolik yang sama dengan Patria dan Dede di usia ke dua belas. Ia lulus 1946 setelah menamatkan pelajaran Penyuratan dan Filsafat. Ia menikmati menulis dan membaca puisi, khususnya Juan Pablo Neruda. Seperti Patria, ia juga menyukai seni, khususnya karya-karya Pablo Picasso.

Maria Teresa Mirabal, yang termuda dari Mirabal bersaudara. Lahir 15 Oktober 1936. ia adalah yang terakhir masuk ke sekolah Katolik setelah kakak-kakaknya. Tahun 1954 ia menyelesaikan studi Matematiknya di Liceo de San Francisco de Macorís, dan melanjutkan ke Universitas Santo Domingo di jurusan Matematika.

Mirabal bersaudara menjadi perempuan-perempuan pertama yang begitu maju dalam klasnya dan menghentakkan gema kesetaraan lewat pendidikan dengan begitu kuatnya. Minerva, adalah gadis pertama di Dominika yang berhasil bersekolah di Fakultas Hukum Universitas Santo Domingo, Maria Teresa adalah gadis kedua yang bergabung di sekolah Matematika dan Biologi, berbeda dengan Patria yang memilih gereja –walau setelah menikah ia tinggalkan juga– sebagai tempatnya mensucikan moral keyakinan revolusionernya. Mereka mulai menyimpulkan landasan kebencian mereka terhadap sistem kediktatoran, setelah secara langsung dihadapkan pada berbagai kebijakan dan tindak-tanduk kediktatoran-feodal Trujillo.

Pertemuan dengan El-Jefe, Mengeraskan Kecintaan Pada Revolusi

Pada 12 Oktober 1949, Trujillo mengadakan pesta kebun di istananya di San Cristobal, untuk memperingati penemuan benua Amerika oleh Columbus dan menghormati masyarakat Propinsi Espaillat. Undangan untuk keluarga Mirabal diantarkan sendiri oleh Gubernur Moca, Antonio De La Maza, dan senator Provinsi Espaillat Juan Rojas. Pesta tersebut dihadiri oleh Don Enrique Mirabal, Patria, suami Patria Pedro Gonzalez, Minerva, Dedé, dan suami Dedé Jaime Fernandez. Trujillo yang sudah menikah ini, memang terkenal senang melecehkan gadis-gadis muda dan memiliki banyak sekali selir yang disangkarkan dalam istananya yang bertebaran di negeri ini. Pada kesempatan ini, Trujillo gagal menaklukkan Minerva.

Dalam bukunya Tres Heroínas y un Tirano, Miguel A. García (who is this?) mengutip percakapan antara Minerva dan El-Jefe ini ketika mereka berdansa:
Trujillo : “Apakah kau mendukung ideologi politik saya?”
Minerva : “Politik tidak menarik buat saya.”
Trujillo : “Dan bagaimana jika saya ajukan pertanyaan untuk menaklukanmu?”
Minerva : “Dan bagaimana jika saya yang menaklukkan pertanyaanmu?”

Pesta kebun tersebut bubar karena badai, yang menyelamatkan Mirabal bersaudara dari tempat yang tak menyenangkan tersebut. Trujillo berang oleh sikap ‘pelecehan’ mereka, karena tradisi feodalisme politiknya tak membenarkan ada yang meninggalkan pesta sebelum dirinya. El-Jefe menyuruh anak buahnya untuk menghubungi pos militer dan memerintahkan untuk menghentikan kendaraan mereka, tapi terlambat, mobil yang membawa Mirabal sekeluarga sudah keburu melewati pos tersebut. Juan Rojas, senator Provinsi Espaillat, menyarankan Enrique mengirimkan surat permintaan maaf pada Trujillo. Don Enrique memenuhi permintaan tersebut, tapi tampaknya Trujillo tetap tak mau terima.

Hari berikutnya, Don ditangkap dan dipenjara oleh Trujillo di ibukota Santo Domingo. Minerva dan ibunya Dona Chea menyusul ditahan di Hotel Nasional esok harinya. Setiap hari Minerva dibawa ke Fortaleza Ozama untuk diinterogasi mengenai aktivitas politiknya. Interogasi dilaksanakan oleh dua orang Trujillo; Fausto Caamaño Medina dan Manuel de Moya. Minerva kemudian dituduh sebagai seorang komunis dan dipaksa untuk menulis surat permintaan maaf pada Trujillo, namun dengan tegas ia tetap menolak. Beberapa orang teman Minerva; Violeta Martinez dan Emma Rodriguez juga ditangkap beberapa hari kemudian. Diuntungkan oleh ‘perilaku keluarganya yang selama ini patuh’ Minerva, ayah dan ibunya dibebaskan dengan bantuan saudara laki-laki Trujillo.

Kebebasan ini rupanya tak berumur panjang, dua tahun kemudian ketiganya—Don Enrique, Minerva dan Dona Chea—kembali ditahan. Kali ini Don dibawa ke Fortaleza Ozama sementara Minerva dan bundanya di Hotel Presidente. Satu lagi alasan tak masuk akal dari penangkapan ini, bahwa Don gagal dan tak berdaya upaya membeli sebuah buku biographi Trujillo. Sebenarnya, El-Jefe bernafsu untuk menelanjangi sikap politik sebenar-benarnya Minerva terhadap kepemimpiannya, semangat Minerva dalam menunjukkan kebencian dan perlawanannya terhadap tangan-besi trujillo, begitu membuat El-Jefe marah dan terhina. Ketiganya dibebaskan kembali beberapa minggu kemudian.

Ketakutan yang konstan dan penangkapan yang berkala, tak sanggup ditanggung oleh ayahanda Mirabal bersaudara yang semakin menua. Ia jatuh sakit dan semakin parah hingga kematian menjemput pada 14 Desember 1953.

Menjadi Kupu-kupu Revolusioner

Setahun setelah kematian Ayahnya, Minerva mencoba untuk masuk Fakultas Hukum Universitas Santo Domingo. Walaupun peringkatnya begitu baik, namun Trujillo memerintahkan agar ia tidak diloloskan dikarenakan paper ujian masuknya yang bertema:” Prinsip Berlaku Surutnya Hukum-hukum dan Jurisprudensi Republik Dominika” dimana di dalamnya ia begitu mendukung landasan Hak Azasi Manusia dan memberi masukan terhadap reformasi pemerintahan. Meski jalan masuknya dihalangi, Minerva kembali berjuang untuk masuk ke universitas tahun berikutnya dan lulus 28 Oktober 1957. Disinilah Minerva mengenal seorang laki-laki yang kelak menjadi suaminya; Manuel Aurelio Tavarez Justo.

Yang kemudian menjadikan Minerva Mirabal lebih menonjol dibandingkan saudara-saudaranya yang lain, karena dialah yang paling pertama memutuskan untuk bergabung dalam gerakan bawah tanah penggulingan kediktatoran Trujillo. Ia mengorganisir kawan-kawannya di Colegio Inmaculada Concepción yang keluarga, kenalan, saudaranya telah dibunuh, disiksa atau ditahan oleh rejim Trujillo. Itu sebabnya kawan-kawannya juga ikut ditangkap dan diinterogasi saat pertama Minerva ditahan.

Dari remaja Minerva memang sudah berjiwa pemberontak, semuanya berdasarkan landasan logika penilaiannya sendiri tentang benar atau salah. Ia memang seorang liberal-patriotik, yang memahami politik dan karenanya bersikeras untuk masuk sekolah hukum. Tahun 1940, ia sempat bertemu salah satu pendiri Partai Sosialis Populer (Popular Socialis Party), Pericles Franco Ornes, laki-laki ini memang terkenal sebagai tokoh gerakan anti-Trujilista yang sudah ditangkap dan dipenjara berkali-kali.

Faktor lain yang menarik dan terus menajamkan kesadaran revolusioner Minerva untuk anti kediktatoran (Trujillo) adalah literatur-literatur kiri serta siaran radio Kuba dan Venezuela yang diterima ilegal, yang secara lebih objektif terus menerus menyiarkan dan menganalisa kondisi ekonomi dan politik Republik Dominika, termasuk berbagai perubahan yang terjadi di negara-negara Amerika Latin lainnya, Invasi Luperion dan Revolusi Kuba. Minerva mengagumi dan menghormati tokoh kiri Kuba Fidel Castro dan begitu mencintai kata-katanya yang terkenal: “Kutuklah aku, tak menjadi masalah, sejarah akan membebaskan saya”.

Suatu kali ia pernah berkata:
“..merupakan sebuah sumber kebahagiaan yang amat sangat, untuk melakukan apapun yang bisa dilakukan bagi negeri kita yang menderita oleh begitu banyak luka, begitu sedihnya jika kita tinggal dan diam mengingkari ini semua..”

Maria Teresa begitu mengagumi Minerva dan mengikuti jejaknya aktif di dalam politik. Pada 20 Januari ia ditahan di pangkalan militer Salcedo dan dibebaskan pada hari yang sama. Dua hari kemudian 22 januari ia dan Minerva di tangkap lagi dan dibawa ke La Cuarenta, mendapat tuntutan 5 tahun penjara karena mengancam stabilitas keamanan negara (tuntutan dikurangi 2 tahun menjadi 3 tahun atas tekanan massa). Kedua bersaudara ini dibebaskan pada 18 Agustus 1960. Keteguhan hati dan keberanian tindakannya terbaca saat ia mengatakan“…mungkin yang begitu dekat dan harus kami hadapi adalah kematian, tetapi hal itu tidak mambuat saya takut, kami harus melanjutkan perjuangan untuk sesuatu yang baru saja dimulai…

Sementara Patria yang agak religius, dan suaminya yang kebenciannya terhadap Trujillo mendarah daging, menyediakan rumah mereka untuk dipakai konsolidasi gerakan revolusi—walau rumah tersebut senyatanya merupakan rumah milik pemerintah. Patria memandang pergerakan untuk melawan kediktatoran sebagai perjuangan suci, karena ia begitu perduli terhadap masa depan republik bagi anak-anaknya kelak, seperti yang pernah ia katakan bahwa: “Kita tak boleh biarkan anak kita hidup di bawah rezim yang korup dan tiran, kita harus berjuang melawannya, dan saya siap memeberikan segalanya, termasuk jiwa raga saya jika perlu.”

Mirabal sekeluarga satu persatu bergabung dalam (mendukung) gerakan revolusi. Kemudian mereka menjadi simbol dari perlawanan terhadap kediktatoran Trujillo. Suami-suami mereka bahkan anak-anak mereka semuanya bekerja (dan dididik) untuk revolusi. Bahkan rumah tempat mereka tinggal dijadikan semacam tempat merancang, mengkoordiansikan seluruh kegiatan revolusi—hingga ada sebuah julukan yang diberikan bahwa, di meja makan, selain tersedia telur setengah matang juga bom rakitan yang siap meledak. Merekalah The Butterflies (Las Mariposas) itu, yang merupakan nama koordinasi ‘bawah-tanah’ mereka dimasa-masa pembangunan gerakan Revolusi di Dominika.

1950-1960an; Tahun-tahun Merah bagi Pergerakan

14 Juni 1959, pasukan dari pihak Gerakan Pembebasan Dominica (Dominican Liberation Movement), yang dibentuk oleh kaum muda Dominika yang tinggal di luar negeri, dikirimkan ke bagian selatan kota Constanza, Maimón dan Estero Hondo dibawah komando Enrique Jimenez Moya. Disebut sebagai Luperion Invasion, usaha yang dimaksudkan untuk menggulingkan kediaktatoranTrujillo ini digagalkan oleh tentara Trujillo dan pasukan angkatan udara. Tapi ini adalah sebuah usaha yang cukup revolusioner dalam mengeraskan cengkeraman benih-benih pemberontakan di kepal tangan rakyat Dominika.

Momen inilah yang kemudian menjadi sumber inspirasi gerakan politik bawah-tanah anti kediktatoran untuk membentuk kelompok Pergerakan 14 Juni yang selanjutnya diorganisir untuk membangun perlawanan di Dominika. Manolo, suami Minerva, adalah pemimpin gerakan ini. Seorang yang bernama Pipe Faxa adalah Sekretaris Jenderal’nya, dan Leandro Guzmán—suami Mate, adalah biro keuangan. Tak lama setelah kegagalan Luperion Invasion, Dominican Liberation Movement mengorganisir konspirasi berikutnya yang terus berlanjut hingga 1960’an.

Setelah itu, semakin banyak saja kaum muda-klas menengah Dominika yang menentang dan melawan Rezim El-Jefe. Dan Trujillo semakin membenarkan kesimpulan perlawanan mereka dengan menangkap mereka satu persatu. Manolo, lalu Maria Teresa dan Leandro, dan kemudian Pedro Gonzales. Lebih dari 100 orang anggota gerakan 14 Juni ditangkapi. Sebagian besarnya ditahan di La Cuarenta, penjara penyiksaan Trujillo yang sangat terkenal. Rangkaian penangkapan ini semakin saja menumbuhkan dan meluaskan perasaan anti Trujillo dimana-mana. Penahanan ini bahkan, kemudian, ikut dikutuk oleh Gereja Katolik.

Untuk memberi sogokan atas meluasnya dukungan anti kediktatorannya, Trujillo terpaksa membebaskan semua kaum perempuan yang ditahan. Kemudian, ia juga membebaskan laki-lakinya yang baru berstatus tersangka saja. Meskipun demikian, Manolo, Pedro danLeandro, suami-suami dari Minerva, Patria dan Maria Teresa, dengan hormat tetap dipenjarakan. Mereka ditahan di La Victoria Salcedo beberapa minggu; kemudian Manolo dan Pedro dipindahkan ke penjara San Felipe di Puerto Plata sementara Leandro tetap di La Victoria.

10 Januari 1960, antar kelompok ini — Gerakan Pembebasan Dominica dan Pergerakan 14 Juni– bertemu di sebuah ladang pertanian di Mao, Valverde yang dimiliki oleh Conrado Bogart. Rezim Trujillo tampaknya mengetahui pertemuan ini, karena semua yang menghadiri pertemuan kemudian ditangkap.
Kritikan terhadap rezim Trujillo semakin keras dan meningkat, didukung oleh rakyat di dalam dan diluar Dominika yang mengutuk pemerintahan diktator ini. Satu yang juga paling berani mengkritik Trujillo adalah Rómulo Betancourt, yang kemudian menjadi Presiden Venezuela. Trujillo memerintahkan dua kali percobaan pembunuhan –yang gagal—terhadapnya. Ini semakin saja meningkatkan kritik internasional. Seperti halnya dunia yang juga sedang memasuki dekade baru, kaum muda Dominika telah begitu diliputi hasrat sebuah perubahan politik.

Pembunuhan Terhadap Mirabal Bersaudara

Ada beberapa faktor yang membawa Trujillo pada keputusan membunuh Mirabal bersaudara. Mereka semakin berkecenderungan menjadi ancaman besar dan berbahaya bagi rezim ini, juga karena kepopuleran mereka begitu dikagumi dan dihormati di seluruh pulau. Berapa kalipun Trujillo memenjarakan mereka, berapa banyaknyapun harta milik keluarga mereka dicaplok Trujillo, Minerva, Patria dan Maria Teresa menolak untuk takluk dalam misi mereka membawa kembali demokrasi sejati dan kebebasan sipil bagi bangsa Dominika.

SIM digunakan sebagai eksekutor pembunuhan terhadap Mirabal bersaudara. Ia memilih Victor Alicinio Peña Rivera, tangan kanannya, dan beberapa anggota dari pasukan rahasianya SIM yang dibentuknya ketika ia masih di ketentaraan–Ciriaco de la Rosa, Ramon Emilio Rojas, Alfonso Cruz Valeria, dan Emilio Estrada Malleta.

25 November 1960, Patria, Minerva, dan Maria Teresa melakukan perjalanan ke selatan dari Salcedo menuju Puerto Plata untuk mengunjungi suami-suami Patria dan Minierva di La Cuarenta. Mereka meninggalkan penjara pada malam hari di tengah badai yang tak berpihak pada perjalanan kali ini. Ketika mereka menyusuri Carretera Santiago-Puerto Plata, jalan diantara dua kota, mobil yang disupiri oleh Rufino De La Cruz dihentikan oleh orang-orang Trujillo dari SIM.

Apa yang saat itu terjadi, dinarasikan kemudian oleh salah seorang pembunuh Ciriaco de la Rosa, seperti yang dikutip dari Encyclopedia Dominica 1997 CD ROM:

”Setelah memberhentikan mereka, kami membawa mereka pada sebuah tempat dekat teluk ketika saya peruntahkan Rojas mengambil beberapa tongkat dan menggiring salah seorang gadis tersebut, ia mengambil salah seorang yang berambut kepang poanjang (Maria Teresa). Alfonso Cruz memilih yang paling tinggi (Minerva) dan Malleta supirnya, Rufino de La Cruz. Saya perintahkan tiap orang menuju tanman tebu yang tumbuh di pinggir jalan, tiap orang dipisahkan sehingga tiap korban tidak akan merasakan eksekusi yang lainnya. Saya perintahkan Perez Terrero tetap tinggal dan mengawasi jika ada orang yang datang mencari tahu situsio yang sedang terjadi. Inilah kenyataan dari kejadian tersebut. Saya tak ingin mengkhianati keadilan atau negara ini. saya mencoba untuk mencegah bencana itu, tapi saya tak mampu, karena jika saya lakukan, maka Trujillo pasti akan membunuh kami semua.”

Dengan metode seperti yang diakui de la Rosa, Mirabal bersaudara dan Rufino dikumpulkan hingga mati disepanjang sisi jalan mendaki antara Puerto Plata dan Santiago, mobil jeep mereka didorong ke dalam jurang untuk membuatnya terlihat seakan-akan kecelakaan. Tapi semua tahu bahwa Trujillo lah yang memerintahkan pembunuhan ini. Patria berusia 36 tahun pada waktu itu, Minerva 34 tahun, dan Maria Teresa, yang paling termuda 24 tahun.

“Minerva Mirabal adalah salah satu yang telah menanamkan kesengsaraan pada keluarga dan (suaminya Manuel sendiri) Tavarez Justo … (Minerva begitu) tergila-gila terhadap paham kiri radikal, yang memang, meluas pada saat itu, membanya pada kematian dan membawa keluarganya menuju tragedi.” Jenderal Johnny Abbes Garcia Trujillo y Yo.

Pembunuhan tiga perempuan tak bersenjata ini membangkitkan kemarahan rakyat Dominika dan merupakan awal bagi kejatuhan rezim Trujillo. El-jefe terguling oleh revolusi dan dibunuh oleh pejuang Revolusi (pemimpin militer) setahun setelah kematian Mirabal bersaudara (30 Mei 1961). Sejak saat itulah pasukan Marinir menyatakan pada publik bahwa ‘sekutu’nya Trujillo adalah seorang kriminal!

“Ketika saya mengetahui kematian Mirabal bersaudara, saya berkata pada diri saya sendiri: sistem kemasyarakatan konservatif kita saat ini sudah menuju kematiannya” baris pertama dari Amen de Mariposas Pedro Mir, penyair nasional Dominika.

Setelah Kematian Mirabal Bersaudara

Dede yang kini tetap hidup dan menjaga semua kenangan tentang perjuangan Mirabal bersaudara dan rumah mereka di Ojo de Agua Dominika—kini sudah diubah menjadi sebuah museum tempat semua dokumen perjuangan di abadikan. Mirabal bersaudara telah mempersembahkan banyak buku, puisi, lagu-lagu perjuangan, koleksi-koleksi pribadi masing-masing; koleksi cangkir-cangkir Patria, mesin jahit, berbagai esay, tas dan sepatu bahkan potongan rambut Maria Teresa yang masih disimpan Dede. Benda-benda keseharian ini seakan membuat begitu sederhananya semangat juang Mirabal bersaudara melawan kediktatoran untuk sebuah revolusi.

“dan saya saksikan mereka semua disana, di dalam kenangan indah saya, begitu tenang dan diam selayaknya patung, Mama dan Papa, dan Minerva, Mate dan Patria, dan saya kira ada yang hilang saat ini. Dan saya menghitung mereka masing-masing dua kali sebelum saya sadarai—sayalah, Dede, sayalah, seorang yang tetap hidup untuk mengisahkan perjuangan ini.”

Mirabal Besaudara selamanya menjadi simbol perjuangan kaum feminis paling populer di negeri-negeri Amerika Latin. Bahkan dimasukkan ke dalam buku-buku teks pelajaran sejarah Domnika sebagai martir nasional. Di Atlanta Salcedo Sister City Program diajarkan lebih banyak lagi orang tentang Martin Luther King dan Mirabal bersaudara untuk mengorganisasikani masyarakat bekerja menciptakan sebuah sistem masyarakat yang adil, bebas dan progressif.

Pada peringatan Hari Perempuan Internasional 8 Maret 1997, sebuah Mural pada tugu batu setinggi 137 kaki di pagelarkan, yang menggambarkan sosok keempat bersaudara ini, di Santo Domingo. Obelisk tersebut merupakan “penghargaan bagi perjuangan banyak kaum perempuan dan laki-laki bagi pembebasan Dominika.” Juga menunjukkan kemenangan politik dan gender karena perempuan kini juga menjadi bagian penting dalam sejarah pembebasan. Terlukis juga disana Un Canto a la Libertad” (A Song to Liberty)” dan dipuncaknya tertulis ‘butterflies’, di depan taman terpatri kerangka mobil yang ditumpangi Mirabal bersaudara di akhir hidupnya.

Berlandaskan pengorbanan perjuangan Mirabal Sister yang tragis ini, sejak 1981 setiap 25 November diperingati sebagai Hari Anti Penyiksaan Terhadap Perempuan. Dideklarasikan pada Feminist Encuentro for Latin America dan the Caribbean (konferensi kaum feminis di negara-negara Amerika Latin yang diadakan tiap 2-3 tahun sekali) pertama yang diadakan di Bogota Colombia 18-21 Juli, hingga pada tahun 1999 diakui oleh PBB sebagai hari yang sama. Organisasi2 perempuan dan hak azasi manusia di Republik Dominika menyatakan bahwa kampanye global mereka akan menuntut hak-hak kaum perempuan dan tak kan mungkin ada penegakan Hak Azasi Manusia tanpa Hak Azazi Perempuan.***

http://onrevolt.blog.friendster.com/2008/05/mirabal-bersaudara-kupu-kupu-pemberontak-dan-pecinta-revolusi/

No comments:

Post a Comment