Tuesday, March 16, 2010

Mirabal Bersaudara: Kupu-kupu Pemberontak dan Pecinta Revolusi

http://onrevolt.blog.friendster.com/2008/05/mirabal-bersaudara-kupu-kupu-pemberontak-dan-pecinta-revolusi/

Great Story Guys...
female right reformer from dominika


Mirabal Bersaudara: Kupu-kupu Pemberontak dan Pecinta Revolusi

oleh: Zely Ariane

28 Februari 2004

Kupu-kupu cantik bersaudara ini, mampu memberi kesimpulan manis dan indah
terhadap sejarah perjuangan perempuan dan demokrasi

Las Mariposas begitu senang memberontak, karena mereka punya mimpi terhadap sebuah masyarakat yang adil, ilmiah dan modern, menjunjung tinggi kebebasan dan demokrasi tak hanya bagi keluarga mereka tapi rakyat miskin Dominika secara keseluruhan.

Anak-anak Progressif yang Dilahirkan oleh Kediktatoran

Lahir dari keluarga klas menengah yang makmur dengan orang tua pemilik tanah dan pedagang, Enrique Mirabal Fernandez dan Marcedes Reyes Camillo (Dona Chea) di dekat kota Salcedo wilayah Cibao. Selain memiliki tanah, keluarga kaya ini juga memiliki usaha penggilingan kopi, toko, pasar daging, dan pabrik penggilingan padi. Keluarga Mirabal adalah keluarga yang cukup maju dan bebas, dengan pergaulan yang luas—layaknya model keluarga klas menengah di Dominica, namun begitu patuh pada Trujillo, hingga mendapatkan simpati khusus dari El Jefe—karena tak menaruh perhatian terhadap berbagai kasus pelanggaran hak kemanusiaan dan korupsi gila-gilaan yang dilakukan El-Jefe.

Patria Marcedez Mirabal, lahir di saat HUT kemerdekaan Republik Dominika 27 Februari 1924, dinamakan Patria karena berarti “tanah air”. Patria menyukai seni dan melukis. Patria dikirim untuk bersekolah di Colegio Inmaculada Concepción, sekolah asrama katolik di La Vega, diusia 14 tahun. Namun, si alim Patria mengabaikan gagasan awalnya menjadi seorang suster dan memutuskan menikah pada 24 Februari 1941. ia tinggalkan kuliahnya dan memilih hidup bersama sang suami di tanah pertanian Conuco. Mereka kemudian memiliki empat orang anak; Nelson Enrique, Noris Mercedes, Raul Ernesto, dan Juan Antonio (yang meninggal menyedihkan di lima bulan usianya).

Belgica Adela (Dede), lahir 1925, adalah mirabal bersaudara yang paling penggugup. memang dari awal hanya mendukung tanpa terlibat langsung gerakan revolusi.

Minerva Argentina Mirabal, lahir 12 Maret 1926. Di usia yang sangat muda ia sudah terlihat begitu cerdas. Ketika berusia tujuh tahun ia sudah mampu menarasikan sajak Perancis. Ia dikirimkan ke sekolah (SMP) Katolik yang sama dengan Patria dan Dede di usia ke dua belas. Ia lulus 1946 setelah menamatkan pelajaran Penyuratan dan Filsafat. Ia menikmati menulis dan membaca puisi, khususnya Juan Pablo Neruda. Seperti Patria, ia juga menyukai seni, khususnya karya-karya Pablo Picasso.

Maria Teresa Mirabal, yang termuda dari Mirabal bersaudara. Lahir 15 Oktober 1936. ia adalah yang terakhir masuk ke sekolah Katolik setelah kakak-kakaknya. Tahun 1954 ia menyelesaikan studi Matematiknya di Liceo de San Francisco de Macorís, dan melanjutkan ke Universitas Santo Domingo di jurusan Matematika.

Mirabal bersaudara menjadi perempuan-perempuan pertama yang begitu maju dalam klasnya dan menghentakkan gema kesetaraan lewat pendidikan dengan begitu kuatnya. Minerva, adalah gadis pertama di Dominika yang berhasil bersekolah di Fakultas Hukum Universitas Santo Domingo, Maria Teresa adalah gadis kedua yang bergabung di sekolah Matematika dan Biologi, berbeda dengan Patria yang memilih gereja –walau setelah menikah ia tinggalkan juga– sebagai tempatnya mensucikan moral keyakinan revolusionernya. Mereka mulai menyimpulkan landasan kebencian mereka terhadap sistem kediktatoran, setelah secara langsung dihadapkan pada berbagai kebijakan dan tindak-tanduk kediktatoran-feodal Trujillo.

Pertemuan dengan El-Jefe, Mengeraskan Kecintaan Pada Revolusi

Pada 12 Oktober 1949, Trujillo mengadakan pesta kebun di istananya di San Cristobal, untuk memperingati penemuan benua Amerika oleh Columbus dan menghormati masyarakat Propinsi Espaillat. Undangan untuk keluarga Mirabal diantarkan sendiri oleh Gubernur Moca, Antonio De La Maza, dan senator Provinsi Espaillat Juan Rojas. Pesta tersebut dihadiri oleh Don Enrique Mirabal, Patria, suami Patria Pedro Gonzalez, Minerva, Dedé, dan suami Dedé Jaime Fernandez. Trujillo yang sudah menikah ini, memang terkenal senang melecehkan gadis-gadis muda dan memiliki banyak sekali selir yang disangkarkan dalam istananya yang bertebaran di negeri ini. Pada kesempatan ini, Trujillo gagal menaklukkan Minerva.

Dalam bukunya Tres Heroínas y un Tirano, Miguel A. García (who is this?) mengutip percakapan antara Minerva dan El-Jefe ini ketika mereka berdansa:
Trujillo : “Apakah kau mendukung ideologi politik saya?”
Minerva : “Politik tidak menarik buat saya.”
Trujillo : “Dan bagaimana jika saya ajukan pertanyaan untuk menaklukanmu?”
Minerva : “Dan bagaimana jika saya yang menaklukkan pertanyaanmu?”

Pesta kebun tersebut bubar karena badai, yang menyelamatkan Mirabal bersaudara dari tempat yang tak menyenangkan tersebut. Trujillo berang oleh sikap ‘pelecehan’ mereka, karena tradisi feodalisme politiknya tak membenarkan ada yang meninggalkan pesta sebelum dirinya. El-Jefe menyuruh anak buahnya untuk menghubungi pos militer dan memerintahkan untuk menghentikan kendaraan mereka, tapi terlambat, mobil yang membawa Mirabal sekeluarga sudah keburu melewati pos tersebut. Juan Rojas, senator Provinsi Espaillat, menyarankan Enrique mengirimkan surat permintaan maaf pada Trujillo. Don Enrique memenuhi permintaan tersebut, tapi tampaknya Trujillo tetap tak mau terima.

Hari berikutnya, Don ditangkap dan dipenjara oleh Trujillo di ibukota Santo Domingo. Minerva dan ibunya Dona Chea menyusul ditahan di Hotel Nasional esok harinya. Setiap hari Minerva dibawa ke Fortaleza Ozama untuk diinterogasi mengenai aktivitas politiknya. Interogasi dilaksanakan oleh dua orang Trujillo; Fausto Caamaño Medina dan Manuel de Moya. Minerva kemudian dituduh sebagai seorang komunis dan dipaksa untuk menulis surat permintaan maaf pada Trujillo, namun dengan tegas ia tetap menolak. Beberapa orang teman Minerva; Violeta Martinez dan Emma Rodriguez juga ditangkap beberapa hari kemudian. Diuntungkan oleh ‘perilaku keluarganya yang selama ini patuh’ Minerva, ayah dan ibunya dibebaskan dengan bantuan saudara laki-laki Trujillo.

Kebebasan ini rupanya tak berumur panjang, dua tahun kemudian ketiganya—Don Enrique, Minerva dan Dona Chea—kembali ditahan. Kali ini Don dibawa ke Fortaleza Ozama sementara Minerva dan bundanya di Hotel Presidente. Satu lagi alasan tak masuk akal dari penangkapan ini, bahwa Don gagal dan tak berdaya upaya membeli sebuah buku biographi Trujillo. Sebenarnya, El-Jefe bernafsu untuk menelanjangi sikap politik sebenar-benarnya Minerva terhadap kepemimpiannya, semangat Minerva dalam menunjukkan kebencian dan perlawanannya terhadap tangan-besi trujillo, begitu membuat El-Jefe marah dan terhina. Ketiganya dibebaskan kembali beberapa minggu kemudian.

Ketakutan yang konstan dan penangkapan yang berkala, tak sanggup ditanggung oleh ayahanda Mirabal bersaudara yang semakin menua. Ia jatuh sakit dan semakin parah hingga kematian menjemput pada 14 Desember 1953.

Menjadi Kupu-kupu Revolusioner

Setahun setelah kematian Ayahnya, Minerva mencoba untuk masuk Fakultas Hukum Universitas Santo Domingo. Walaupun peringkatnya begitu baik, namun Trujillo memerintahkan agar ia tidak diloloskan dikarenakan paper ujian masuknya yang bertema:” Prinsip Berlaku Surutnya Hukum-hukum dan Jurisprudensi Republik Dominika” dimana di dalamnya ia begitu mendukung landasan Hak Azasi Manusia dan memberi masukan terhadap reformasi pemerintahan. Meski jalan masuknya dihalangi, Minerva kembali berjuang untuk masuk ke universitas tahun berikutnya dan lulus 28 Oktober 1957. Disinilah Minerva mengenal seorang laki-laki yang kelak menjadi suaminya; Manuel Aurelio Tavarez Justo.

Yang kemudian menjadikan Minerva Mirabal lebih menonjol dibandingkan saudara-saudaranya yang lain, karena dialah yang paling pertama memutuskan untuk bergabung dalam gerakan bawah tanah penggulingan kediktatoran Trujillo. Ia mengorganisir kawan-kawannya di Colegio Inmaculada Concepción yang keluarga, kenalan, saudaranya telah dibunuh, disiksa atau ditahan oleh rejim Trujillo. Itu sebabnya kawan-kawannya juga ikut ditangkap dan diinterogasi saat pertama Minerva ditahan.

Dari remaja Minerva memang sudah berjiwa pemberontak, semuanya berdasarkan landasan logika penilaiannya sendiri tentang benar atau salah. Ia memang seorang liberal-patriotik, yang memahami politik dan karenanya bersikeras untuk masuk sekolah hukum. Tahun 1940, ia sempat bertemu salah satu pendiri Partai Sosialis Populer (Popular Socialis Party), Pericles Franco Ornes, laki-laki ini memang terkenal sebagai tokoh gerakan anti-Trujilista yang sudah ditangkap dan dipenjara berkali-kali.

Faktor lain yang menarik dan terus menajamkan kesadaran revolusioner Minerva untuk anti kediktatoran (Trujillo) adalah literatur-literatur kiri serta siaran radio Kuba dan Venezuela yang diterima ilegal, yang secara lebih objektif terus menerus menyiarkan dan menganalisa kondisi ekonomi dan politik Republik Dominika, termasuk berbagai perubahan yang terjadi di negara-negara Amerika Latin lainnya, Invasi Luperion dan Revolusi Kuba. Minerva mengagumi dan menghormati tokoh kiri Kuba Fidel Castro dan begitu mencintai kata-katanya yang terkenal: “Kutuklah aku, tak menjadi masalah, sejarah akan membebaskan saya”.

Suatu kali ia pernah berkata:
“..merupakan sebuah sumber kebahagiaan yang amat sangat, untuk melakukan apapun yang bisa dilakukan bagi negeri kita yang menderita oleh begitu banyak luka, begitu sedihnya jika kita tinggal dan diam mengingkari ini semua..”

Maria Teresa begitu mengagumi Minerva dan mengikuti jejaknya aktif di dalam politik. Pada 20 Januari ia ditahan di pangkalan militer Salcedo dan dibebaskan pada hari yang sama. Dua hari kemudian 22 januari ia dan Minerva di tangkap lagi dan dibawa ke La Cuarenta, mendapat tuntutan 5 tahun penjara karena mengancam stabilitas keamanan negara (tuntutan dikurangi 2 tahun menjadi 3 tahun atas tekanan massa). Kedua bersaudara ini dibebaskan pada 18 Agustus 1960. Keteguhan hati dan keberanian tindakannya terbaca saat ia mengatakan“…mungkin yang begitu dekat dan harus kami hadapi adalah kematian, tetapi hal itu tidak mambuat saya takut, kami harus melanjutkan perjuangan untuk sesuatu yang baru saja dimulai…

Sementara Patria yang agak religius, dan suaminya yang kebenciannya terhadap Trujillo mendarah daging, menyediakan rumah mereka untuk dipakai konsolidasi gerakan revolusi—walau rumah tersebut senyatanya merupakan rumah milik pemerintah. Patria memandang pergerakan untuk melawan kediktatoran sebagai perjuangan suci, karena ia begitu perduli terhadap masa depan republik bagi anak-anaknya kelak, seperti yang pernah ia katakan bahwa: “Kita tak boleh biarkan anak kita hidup di bawah rezim yang korup dan tiran, kita harus berjuang melawannya, dan saya siap memeberikan segalanya, termasuk jiwa raga saya jika perlu.”

Mirabal sekeluarga satu persatu bergabung dalam (mendukung) gerakan revolusi. Kemudian mereka menjadi simbol dari perlawanan terhadap kediktatoran Trujillo. Suami-suami mereka bahkan anak-anak mereka semuanya bekerja (dan dididik) untuk revolusi. Bahkan rumah tempat mereka tinggal dijadikan semacam tempat merancang, mengkoordiansikan seluruh kegiatan revolusi—hingga ada sebuah julukan yang diberikan bahwa, di meja makan, selain tersedia telur setengah matang juga bom rakitan yang siap meledak. Merekalah The Butterflies (Las Mariposas) itu, yang merupakan nama koordinasi ‘bawah-tanah’ mereka dimasa-masa pembangunan gerakan Revolusi di Dominika.

1950-1960an; Tahun-tahun Merah bagi Pergerakan

14 Juni 1959, pasukan dari pihak Gerakan Pembebasan Dominica (Dominican Liberation Movement), yang dibentuk oleh kaum muda Dominika yang tinggal di luar negeri, dikirimkan ke bagian selatan kota Constanza, Maimón dan Estero Hondo dibawah komando Enrique Jimenez Moya. Disebut sebagai Luperion Invasion, usaha yang dimaksudkan untuk menggulingkan kediaktatoranTrujillo ini digagalkan oleh tentara Trujillo dan pasukan angkatan udara. Tapi ini adalah sebuah usaha yang cukup revolusioner dalam mengeraskan cengkeraman benih-benih pemberontakan di kepal tangan rakyat Dominika.

Momen inilah yang kemudian menjadi sumber inspirasi gerakan politik bawah-tanah anti kediktatoran untuk membentuk kelompok Pergerakan 14 Juni yang selanjutnya diorganisir untuk membangun perlawanan di Dominika. Manolo, suami Minerva, adalah pemimpin gerakan ini. Seorang yang bernama Pipe Faxa adalah Sekretaris Jenderal’nya, dan Leandro Guzmán—suami Mate, adalah biro keuangan. Tak lama setelah kegagalan Luperion Invasion, Dominican Liberation Movement mengorganisir konspirasi berikutnya yang terus berlanjut hingga 1960’an.

Setelah itu, semakin banyak saja kaum muda-klas menengah Dominika yang menentang dan melawan Rezim El-Jefe. Dan Trujillo semakin membenarkan kesimpulan perlawanan mereka dengan menangkap mereka satu persatu. Manolo, lalu Maria Teresa dan Leandro, dan kemudian Pedro Gonzales. Lebih dari 100 orang anggota gerakan 14 Juni ditangkapi. Sebagian besarnya ditahan di La Cuarenta, penjara penyiksaan Trujillo yang sangat terkenal. Rangkaian penangkapan ini semakin saja menumbuhkan dan meluaskan perasaan anti Trujillo dimana-mana. Penahanan ini bahkan, kemudian, ikut dikutuk oleh Gereja Katolik.

Untuk memberi sogokan atas meluasnya dukungan anti kediktatorannya, Trujillo terpaksa membebaskan semua kaum perempuan yang ditahan. Kemudian, ia juga membebaskan laki-lakinya yang baru berstatus tersangka saja. Meskipun demikian, Manolo, Pedro danLeandro, suami-suami dari Minerva, Patria dan Maria Teresa, dengan hormat tetap dipenjarakan. Mereka ditahan di La Victoria Salcedo beberapa minggu; kemudian Manolo dan Pedro dipindahkan ke penjara San Felipe di Puerto Plata sementara Leandro tetap di La Victoria.

10 Januari 1960, antar kelompok ini — Gerakan Pembebasan Dominica dan Pergerakan 14 Juni– bertemu di sebuah ladang pertanian di Mao, Valverde yang dimiliki oleh Conrado Bogart. Rezim Trujillo tampaknya mengetahui pertemuan ini, karena semua yang menghadiri pertemuan kemudian ditangkap.
Kritikan terhadap rezim Trujillo semakin keras dan meningkat, didukung oleh rakyat di dalam dan diluar Dominika yang mengutuk pemerintahan diktator ini. Satu yang juga paling berani mengkritik Trujillo adalah Rómulo Betancourt, yang kemudian menjadi Presiden Venezuela. Trujillo memerintahkan dua kali percobaan pembunuhan –yang gagal—terhadapnya. Ini semakin saja meningkatkan kritik internasional. Seperti halnya dunia yang juga sedang memasuki dekade baru, kaum muda Dominika telah begitu diliputi hasrat sebuah perubahan politik.

Pembunuhan Terhadap Mirabal Bersaudara

Ada beberapa faktor yang membawa Trujillo pada keputusan membunuh Mirabal bersaudara. Mereka semakin berkecenderungan menjadi ancaman besar dan berbahaya bagi rezim ini, juga karena kepopuleran mereka begitu dikagumi dan dihormati di seluruh pulau. Berapa kalipun Trujillo memenjarakan mereka, berapa banyaknyapun harta milik keluarga mereka dicaplok Trujillo, Minerva, Patria dan Maria Teresa menolak untuk takluk dalam misi mereka membawa kembali demokrasi sejati dan kebebasan sipil bagi bangsa Dominika.

SIM digunakan sebagai eksekutor pembunuhan terhadap Mirabal bersaudara. Ia memilih Victor Alicinio Peña Rivera, tangan kanannya, dan beberapa anggota dari pasukan rahasianya SIM yang dibentuknya ketika ia masih di ketentaraan–Ciriaco de la Rosa, Ramon Emilio Rojas, Alfonso Cruz Valeria, dan Emilio Estrada Malleta.

25 November 1960, Patria, Minerva, dan Maria Teresa melakukan perjalanan ke selatan dari Salcedo menuju Puerto Plata untuk mengunjungi suami-suami Patria dan Minierva di La Cuarenta. Mereka meninggalkan penjara pada malam hari di tengah badai yang tak berpihak pada perjalanan kali ini. Ketika mereka menyusuri Carretera Santiago-Puerto Plata, jalan diantara dua kota, mobil yang disupiri oleh Rufino De La Cruz dihentikan oleh orang-orang Trujillo dari SIM.

Apa yang saat itu terjadi, dinarasikan kemudian oleh salah seorang pembunuh Ciriaco de la Rosa, seperti yang dikutip dari Encyclopedia Dominica 1997 CD ROM:

”Setelah memberhentikan mereka, kami membawa mereka pada sebuah tempat dekat teluk ketika saya peruntahkan Rojas mengambil beberapa tongkat dan menggiring salah seorang gadis tersebut, ia mengambil salah seorang yang berambut kepang poanjang (Maria Teresa). Alfonso Cruz memilih yang paling tinggi (Minerva) dan Malleta supirnya, Rufino de La Cruz. Saya perintahkan tiap orang menuju tanman tebu yang tumbuh di pinggir jalan, tiap orang dipisahkan sehingga tiap korban tidak akan merasakan eksekusi yang lainnya. Saya perintahkan Perez Terrero tetap tinggal dan mengawasi jika ada orang yang datang mencari tahu situsio yang sedang terjadi. Inilah kenyataan dari kejadian tersebut. Saya tak ingin mengkhianati keadilan atau negara ini. saya mencoba untuk mencegah bencana itu, tapi saya tak mampu, karena jika saya lakukan, maka Trujillo pasti akan membunuh kami semua.”

Dengan metode seperti yang diakui de la Rosa, Mirabal bersaudara dan Rufino dikumpulkan hingga mati disepanjang sisi jalan mendaki antara Puerto Plata dan Santiago, mobil jeep mereka didorong ke dalam jurang untuk membuatnya terlihat seakan-akan kecelakaan. Tapi semua tahu bahwa Trujillo lah yang memerintahkan pembunuhan ini. Patria berusia 36 tahun pada waktu itu, Minerva 34 tahun, dan Maria Teresa, yang paling termuda 24 tahun.

“Minerva Mirabal adalah salah satu yang telah menanamkan kesengsaraan pada keluarga dan (suaminya Manuel sendiri) Tavarez Justo … (Minerva begitu) tergila-gila terhadap paham kiri radikal, yang memang, meluas pada saat itu, membanya pada kematian dan membawa keluarganya menuju tragedi.” Jenderal Johnny Abbes Garcia Trujillo y Yo.

Pembunuhan tiga perempuan tak bersenjata ini membangkitkan kemarahan rakyat Dominika dan merupakan awal bagi kejatuhan rezim Trujillo. El-jefe terguling oleh revolusi dan dibunuh oleh pejuang Revolusi (pemimpin militer) setahun setelah kematian Mirabal bersaudara (30 Mei 1961). Sejak saat itulah pasukan Marinir menyatakan pada publik bahwa ‘sekutu’nya Trujillo adalah seorang kriminal!

“Ketika saya mengetahui kematian Mirabal bersaudara, saya berkata pada diri saya sendiri: sistem kemasyarakatan konservatif kita saat ini sudah menuju kematiannya” baris pertama dari Amen de Mariposas Pedro Mir, penyair nasional Dominika.

Setelah Kematian Mirabal Bersaudara

Dede yang kini tetap hidup dan menjaga semua kenangan tentang perjuangan Mirabal bersaudara dan rumah mereka di Ojo de Agua Dominika—kini sudah diubah menjadi sebuah museum tempat semua dokumen perjuangan di abadikan. Mirabal bersaudara telah mempersembahkan banyak buku, puisi, lagu-lagu perjuangan, koleksi-koleksi pribadi masing-masing; koleksi cangkir-cangkir Patria, mesin jahit, berbagai esay, tas dan sepatu bahkan potongan rambut Maria Teresa yang masih disimpan Dede. Benda-benda keseharian ini seakan membuat begitu sederhananya semangat juang Mirabal bersaudara melawan kediktatoran untuk sebuah revolusi.

“dan saya saksikan mereka semua disana, di dalam kenangan indah saya, begitu tenang dan diam selayaknya patung, Mama dan Papa, dan Minerva, Mate dan Patria, dan saya kira ada yang hilang saat ini. Dan saya menghitung mereka masing-masing dua kali sebelum saya sadarai—sayalah, Dede, sayalah, seorang yang tetap hidup untuk mengisahkan perjuangan ini.”

Mirabal Besaudara selamanya menjadi simbol perjuangan kaum feminis paling populer di negeri-negeri Amerika Latin. Bahkan dimasukkan ke dalam buku-buku teks pelajaran sejarah Domnika sebagai martir nasional. Di Atlanta Salcedo Sister City Program diajarkan lebih banyak lagi orang tentang Martin Luther King dan Mirabal bersaudara untuk mengorganisasikani masyarakat bekerja menciptakan sebuah sistem masyarakat yang adil, bebas dan progressif.

Pada peringatan Hari Perempuan Internasional 8 Maret 1997, sebuah Mural pada tugu batu setinggi 137 kaki di pagelarkan, yang menggambarkan sosok keempat bersaudara ini, di Santo Domingo. Obelisk tersebut merupakan “penghargaan bagi perjuangan banyak kaum perempuan dan laki-laki bagi pembebasan Dominika.” Juga menunjukkan kemenangan politik dan gender karena perempuan kini juga menjadi bagian penting dalam sejarah pembebasan. Terlukis juga disana Un Canto a la Libertad” (A Song to Liberty)” dan dipuncaknya tertulis ‘butterflies’, di depan taman terpatri kerangka mobil yang ditumpangi Mirabal bersaudara di akhir hidupnya.

Berlandaskan pengorbanan perjuangan Mirabal Sister yang tragis ini, sejak 1981 setiap 25 November diperingati sebagai Hari Anti Penyiksaan Terhadap Perempuan. Dideklarasikan pada Feminist Encuentro for Latin America dan the Caribbean (konferensi kaum feminis di negara-negara Amerika Latin yang diadakan tiap 2-3 tahun sekali) pertama yang diadakan di Bogota Colombia 18-21 Juli, hingga pada tahun 1999 diakui oleh PBB sebagai hari yang sama. Organisasi2 perempuan dan hak azasi manusia di Republik Dominika menyatakan bahwa kampanye global mereka akan menuntut hak-hak kaum perempuan dan tak kan mungkin ada penegakan Hak Azasi Manusia tanpa Hak Azazi Perempuan.***

http://onrevolt.blog.friendster.com/2008/05/mirabal-bersaudara-kupu-kupu-pemberontak-dan-pecinta-revolusi/

Wilayah Hukum Indonesia di Internet

source :
http://shirogadget.com/wilayah-hukum-indonesia-di-internet/

Posting ini saya tulis bukan untuk memberitahukan anda tentang wilayah hukum indonesia di internet, tetapi karena saya ingin bertanya seperti apakah wilayah hukum Indonesia di Internet itu? Kenapa saya memposting hal ini? alasannya adalah beberapa waktu yang lalu, saya dan teman saya Tomy mendiskusikan tentang Rancangan Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (RUU ITE). Nah, di salah satu pasal yang ada di dalamnya yakni pasal 2 berbunyi:

Undang-undang ini berlaku untuk setiap Orang yang melakukan perbuatan hukum sebagaimana diatur dalam undang-undang ini, baik yang berada di wilayah hukum Indonesia maupun di luar wilayah hukum Indonesia, yang memiliki akibat hukum di wilayah hukum Indonesia dan/atau di luar wilayah hukum Indonesia dan merugikan kepentingan Indonesia

Dari kalimat tersebut, terdapat hal yang janggal bagi saya yakni: sebenarnya wilayah hukum indonesia di Internet itu seperti apa sih?

Saya punya beberapa asumsi di antaranya:

1. Segala macam halaman web yang dikelola oleh orang indonesia
2. Segala macam halaman web yang berbahasa Indonesia
3. Segala macam halaman web yang dapat diakses dari indonesia
4. Gabungan dari ketiganya: halaman web yang dikelola oleh orang Indonesia, berbahasa Indonesia, dan dapat di akses oleh orang Indonesia.

Nah itu dia yang membuat saya tambah bingung. Kalau yang dmaksud adalah halaman web yang dikelola oleh orang Indonesia, maka bagaimana jika web tersebut dikelola oleh orang luar tetapi target marketnya adalah orang Indonesia? lalu kalau yang dimaksud adalah web yang berbahasa Indonesia, lalu bagaimana dengan web berbahasa inggris yang dikelola oleh orang Indonesia? atau kalau halaman yang dapat di akses oleh orang indonesia, bagaimana jika web tersebut buatan orang indonesia, menggunkan bahasa asing dan target marketnya bukan orang indonesia, tapi segala macam aktifitas administrasi dilakukan di indonesia. Haduh… saya jadi makin binun. jangankan saya, master blogger cosaranda saja ikutan binun dengan RUU ITE ini.

Dari kalimat yang saya blogquote-kan tersebut, dapat pula saya pahami: jika hal seperti kejahatan cyber yang dilakukan oleh orang indonesia, tapi tidak berakibat bagi orang Indonesia berarti tidak apa-apa. contoh: saya mendeface situs milik orang malay, tapi saya lakukan dari Indonesia. Nah kan tidak merugikan orang Indonesia. Bingungku jadi makin tak tertahankan nih!! mending buat postingan tentang cyborg dari pada binun terus.

source :
http://shirogadget.com/wilayah-hukum-indonesia-di-internet/

Contoh Pelanggaran UU ITE [Pasal 30-(3)]

source :
http://rgs-artikel-hukum.blogspot.com/2009/01/contoh-pelanggaran-uu-ite-pasal-30-3.html


Contoh Cyber-Crime Indonesia berdasarkan pasal 30 [3] UU-11-2008 dengan ancaman pidana maksimum 8 tahun denda maksimum Rp.800juta - pasal 46 [3].

Pasal 30

1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik milik Orang lain dengan cara apa pun.
2. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan untuk memperoleh Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.
3. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol sistem pengamanan.


Pasal 46

1. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah).
3. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).

Kutipan Artikel : EMAIL PHISING, Tips Menghindari Kriminalitas Online
By Yunan Shalimow on Dec 21, 2008 in TIPS & TRIKS
Anda tentu pernah mendengar beberapa modus kriminalitas didunia maya, salah satu bentuknya yang wajib diwaspadai adalah pencurian data-data account penting anda. Pelaku biasanya adalah seorang hacker dengan cara menjebak orang lain untuk tidak sadar bersedia memberikan data-data account-nya.
Modus yang digunakan adalah mengirimkan sebuah email phising yaitu pengiriman email yang bertujuan untuk mencuri data data rahasia tentang account kita, email seperti ini harus kita waspadai, caranya adalah dengan tidak mengindahkan dan menuruti perintah-perintah si hacker tersebut. Selanjutnya anda lakukan blokir alamat email dari si pengirim e-mail phising tersebut.
Ciri-ciri dari umum dari email phising adalah dengan memperhatikan dari subject dan content-nya, sebagian sebagai berikut :

1. Verify your Account, Kalau verify nya meminta username, password dan data lainnya, jangan memberikan reaksi balik. Anda harus selalu ingat password jangan pernah diberikan kepada siapapun. Namun kalau anda mendaftarkan account di suatu situs dan harus memverifikasinya dengan mengklik suatu URL tertentu tanpa minta mengirimkan data macam-macam, ya lakukan saja, karena ini mekanisme umum.
2. If you don’t respond within 48 hours, your account will be closed. ”jika anda ttidak merespon dalam waktu 48 jam, maka akon anda akan ditutup”. Harap membaca baik-baik dan tidak perlu terburu-buru. Tulisan di atas wajib anda waspadai karena umumnya hanya “propaganda” agar pembaca semakin panik.
3. Dear Valued Customer. Karena e-mail phising biasanya targetnya menggunakan random, maka e-mail tersebut bisa menggunakan kata-kata ini. Tapi suatu saat mungkin akan menggunakan nama kita langsung, jadi anda harus waspada. Umumnya kebocoran nama karena kita aktif di milis atau forum komunitas tertentu.
4. Click the Link Below to gain access to your account. Metode lain yang digunakan hacker yaitu dengan menampilkan URL Address atau alamat yang palsu. Walaupun wajah webnya bisa jadi sangat menyerupai atau sama, tapi kalau diminta registrasi ulang atau mengisi informasi sensitif, itu patut diwaspadai. misalnya halaman login yahoo mail. Disana Anda akan disuruh memasukkan username dan password email Anda untuk login. Ketika Anda mengklik tombol login maka informasi username dan password Anda akan terkirim ke alamat pengirim email. Jadi email tersebut merupakan jebakan dari pengirim email yang tujuannya untuk mendapatkan password email Anda.

Yang lebih runyam lagi, sekarang sudah ada beberapa e-book yang berkeliaran di internet untuk menawarkan teknik menjebol password. Seperti diketahui Password merupakan serangkaian karakter, baik berupa huruf, string, angka atau kombinasinya untuk melindungi dokumen penting. Anda bisa bayangkan jika password email anda Jebol ? yang terjadi adalah seluruh data-data akan dapat diketahui, termasuk password Account Internet Banking anda yang verifikasinya biasa masuk melalui email. Wah, bisa-bisa seluruh uang anda di Account tersebut bisa dikuras habis oleh para Heckers sialan tersebut!!!!!. (Sha 5 W)


source :
http://rgs-artikel-hukum.blogspot.com/2009/01/contoh-pelanggaran-uu-ite-pasal-30-3.html

Menghapus pasal pencemaran nama baik

Source : http://www.wawasandigital.com/index.php?option=com_content&task=view&id=37007&Itemid=62


Monday, 18 January 2010
Menghapus pasal pencemaran nama baik

USULAN merevisi pasal pencemaran nama baik, terutama di UU ITE, datang dari berbagai kalangan.Usulan revisi itu muncul akibat adanya kasus-kasus yang menjerat individu maupun pers dengan menggunakan pasal pencemaran nama baik. Yang paling fenomenal adalah kasus Prita Mulyasari, pasien RS Omni Internasional, yang sempat mendekam di penjara dan berurusan dengan pengadilan karena mengeluhkan pelayanan rumah sakit tersebut.
Meski Prita dinyatakan tidak bersalah tapi kita cukup prihatin, bagaimana seorang pasien yang mengeluhkan buruknya pelayanan rumah sakit dijerat dengan pasal pencemaran nama baik dalam UU ITE.
Saat ini, kasus yang masih belum selesai adalah kasus artis Luna Maya yang dilaporkan ke polisi akibat ungkapan kejengkelannya terhadap para pekerja infotainment di akun twiter.
Beberapa kasus itu mengindikasikan meski arus demokrasi sangat deras tapi belum bisa menjamin kebebasan berekpresi bagi warganya.Penyebabnya masih ada pasal pencemaran nama baik yang bisa digunakan pihak-pihak tertentu untuk mengekang kemerdekaan berpendapat.
Padahal, dalam negara demokrasi kemerdekaan berpendapat merupakan prasyarat utama yang harus diterapkan. Tanpa ada kebebasan dan kemerdekaan maka sistem kontrol tidak akan bisa berjalan dengan baik.
Delik pencemaran nama baik lebih digunakan individu untuk menumpahkan seluruh kemarahan terhadap kebebasan berpendapat. Asal mula pencemaran nama baik sebagai delik dimulai pada abad 13 (masyarakat feodalisme) untuk menjaga kehormatan kaum bangsawan. Lalu mengalami transformasi (masyarakat kapitalisme) untuk menjaga kehormatan setiap orang bukan hanya golongan tertentu.
Sedangkan untuk di Indonesia, delik pencemaran nama baik mulai mencuat setelah Reformasi. Setiap individu memproteksi dirinya atas tuduhan pihak lain dengan menggunakan pasal-pasal pencemaran nama baik. Akibatnya individu maupun pers cenderung berhati-hati dalam memberitakan dugaan-dugaan penyelewengan oleh institusi atau individu.
Secara umum, aturan pencemaran nama baik itu diatur dalam Bab XVI KUHP. Jenis-jenis penghinaan adalah: pencearan nama (menista), fitnah, penghinaan ringan, pengaduan fitnah, serta persangkaan palsu. Pasal 310 ayat (1) WvS menyebutkan pengertian pencemaran nama adalah menyerang kehormatan dan nama baik orang lain dengan menuduhkan sesuatu hal.
Adapaun pengertian fitnah adalah jika tuduhan itu diminta untuk dibuktikan kebenarannya oleh hakim tapi terdakwa tidak membuktikannya dan bertentangan dengan yang diketahui.Dalam KUHP juga dijelaskan unsurunsur pencemaran nama baik, yakni niat kesengajaan, menyerang kehormatan dan nama baik orang lain, dan di depan umum atau untuk diketahui umum.Dalam KUHP setidaknya terdapat 15 pasal yang mengatur soal pasal penghinaan, fitnah, menista, dan pencemaran nama baik.
Di antaranya pasal 142 dengan ketentuan penghinaan terhadap kepala negara sahabat dengan ancaman pidana penjara lima tahun, penghinaan terhadap bendera negara sahabat, penghinaan terhadap wakil negara asing, penghinaan terhadap penguasa atau badan umum, menista, penghinaan terhadap pejabat yang menjalankan tugas, dan lain-lain.
Selain dalam KUHP, pasal yang mengandung unsur penghinaan dan pencemaran nama baik juga terdapat dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang penyiaran. Yakni pasal 36 ayat 5 huruf a junto pasal 57 tentang fitnah dengan ancaman hukuman penjara 5 tahun dan denda Rp 10 miliar.
Dalam undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah juga terdapat pasal penghinaan terhadap calon kepala aerah dan calon wakil kepala daerah, yakni dalam pasal 78 huruf b junto pasal 116 dengan ancaman penjara minimal 3 bulan dan maksimal 1 tahun 6 bulan lima tahun dan denda minimal 600.00 dan maksimal Rp 6 juta.
Tidak hanya berhenti di situ, dalam Undang-undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Presiden juga terdapat pasal yang melarang penghinaan terhadap calon presiden dan calon wakil presiden, yakni pasal 41 ayat 1 huruf c junto pasal 214 dengan ancaman hukuman penjara minimal enam bulan dan maksimal dua tahun dan denda minimal 600 dan maksimal Rp 24 juta.
Undang-undang baru yang juga mengandung pasal penghinaan dan atau pencemaran nama baik adalah Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dalam pasal 27 ayat 3 junto pasal 36 junto pasal 45 ayat 1 disebutkan bahwa ancaman hukuman tersebut adalah penjara enam tahun dan denda Rp 1 miliar.
Jika dikaitkan dengan kebebasan berekpresi maka barbagai pasal tersebut tentu menjadi penghambat tersendiri. Khalayak tidak berani mengungkapkan ekspresinya secara bebas karena takut dinilai bisa mencemarkan nama baik atau menghina orang lain.
Inilah yang menimpa Prita Mulyasari.Dia diadili di pengadilan gara-gara dia menuliskan keluhankeluhan pada saat berobat dan mendapatkan perawatan di rumah sakit tersebut.
Prita yang merasa hak-haknya tidak dipunuhi oleh rumah sakit kemudian menuliskannya dan menyebarkan keluhan tersebut kepada teman-temannya melalui email.Karena merasa dicemarkan nama baiknya, pihak rumah sakin Omni Internasional kemudian mengadukan Prita ke aparat kepolisian.Prita kemudian diadili dengan pasal pencemaran nama baik, meskipun akhirnya pengadilan memenangkan Prita.
Namun setidaknya penerapan pasal-pasal penghinaan dan atau pencemaran nama baik telah membuat shock therapy bagi publik. Publik atau masyarakat seakan-akan ditakut-takuti agar tidak mengungkapkan ekpresinya.
Inter-American Commision on Human Right mencatat dalam kesimpulan "Report on the compatibility of desacota laws with the American Convention on Human Rights yang kesimpulannya menyatakan bahwa hukuman pidana akan menjadi efek yang menakutkan dalam kemerdekaan berekspresi.
Setidaknya ada empat alasan kenapa tidak pidana penghinaan akan mengencam kebebasan berekspresi sehingga perlu dihapus. Empat alasan itu adalah kebebasan berekspresi adalah dasar dari demokrasi, kebebasan berekpresi berperan dalam pemberantasan korupsi, kebebasan berekpresi mempromosikan akuntabilitas dan transparansi, serta kebebasan berekspresi dalam masyarakat dipercaya merupakan cara terbaik untuk menemukan kebenaran.
Atas dasar itu maka pemerintah harus menghapus pasal-pasal pencemaran nama baik. Apalagi, KUHP yang kita anut saat ini merupakan warisan negara Belanda, yang telah menjajah negeri ini. Sementara negara Belanda sendiri sudah merevisi ketentuan-ketentuan undang-undangnya untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Kalau negara yang kita menganut saja, sudah merubah, lalu kenapa kita sebagai penganut tidak ikut memperbaiki aturan atau ketentuan-ketentaun itu. Dr M Iqbal Wibisono Sekretaris DPD I Partai Golkar Jawa Tengah

Source : http://www.wawasandigital.com/index.php?option=com_content&task=view&id=37007&Itemid=62